Aspek Penting Dalam Perencanaan Usaha Dalam Agribisnis Dan Agroindustri
2. Pemahaman tentang organisasi dan tata laksana perusahaan.
CONTOH KASUS
Contoh Profil Usaha Budidaya dan Pemasaran Produk Jamur Shimeiji
Pada saat seseorang memutuskan untuk memulai usahanya, maka pada saat
 itu pula ia harus dapat merencanakan kegiatan usahanya dengan baik. 
Kesalahan dalam perencanaan merupakan suatu langkah awal menuju 
kegagalan.
Kegiatan perencanaan usaha setidaknya mengikuti beberapa tahapan, antara lain :
1. Menganalisis  situasi  yang  berhubungan  usaha  yang  akan dilakukan.
Pada tahapan ini perlu diketahui situasi dan kondisi pasar yang akan 
dijadikan obyek usaha, baik yang menyangkut produk yang prospektif 
(prospek produk), lokasi, karakteristik konsumen, segmen pasar yang akan
 dirujuk dan semua aspek yang menyangkut kemungkinan usaha apa yang 
sebaiknya akan dibuat atau dikembangkan. Sumber informasi yang dapat 
diperoleh untuk mendapatkan gambaran situasi pasar potensial dari usaha 
yang akan dikembangkan antara lain : Media massa (koran, majalah, 
televisi, radio), internet, melihat langsung di lapangan (survey pasar) 
atau informasi yang diperoleh dari teman (kolega) yang mengelola suatu 
usaha. Berdasarkan informasi awal yang diperoleh maka usaha apa yang 
akan dilakukan dapat segera dianalisis kemungkinan pelaksanaan dan 
kelayakannya. Perkiraan target produksi produk dalam kaitan dengan 
perencanaan usaha dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan 
perkiraan atau hitungan kebutuhan dari data terkait usaha bidang yang 
akan dimasuki.
2. Pemahaman tentang organisasi dan tata laksana perusahaan.
Kegiatan berikutnya yang harus dilakukan sebelum memulai berwirausaha
 adalah bekal pemahaman tentang bagaimana menjalankan suatu usaha baik 
dari segi pembentukan badan usaha (organisasi usaha), manajemen 
organisasi usaha maupun pengetahuan tentang manajemen keuangannya. Dalam
 tahapan ini seorang wirausahawan perlu mengetahui dan menguasai 
beberapa aspek penting dalam pengelolaan usaha seperti :
a.   Bagaimana menentukan harga pokok dan harga jual produk, penentuan volume produksi (bila produk tersebut diproduksi sendiri) dan perhitungan titik impas usaha, sistem pembukuan keuangan.
b.   Pengetahuan tentang konsep bunga uang (cara hitung bunga) yang diperlukan dalam menentukan seberapa besar tingkat keuntungan perusahaan dapat diperoleh dan untuk antisipasi kegiatan usaha yang sistem keuanganya melibatkan perbankan (misalnya modal diperoleh dari pinjaman bank).
c.   Kemampuan dalam menganalisis alternatif usaha yang paling menguntungkan sehingga usaha yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan dalam jangka waktu yang lama atau bisa dialih generasikan.
d.   Bagaimana cara menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait dengan dunia usaha, baik itu bank, koperasi, dinas instansi terkait, lembaga riset & pengembangan. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan membuat proposal dan teknik negosiasi sangat dipelukan.
3.   Melakukan studi kelayakan usaha
Sebagai tahapan akhir dari kegiatan perencanaan usaha adalah 
menganalisis kelayakan ekonomi dari usaha yang akan didirikan. Bekal 
pengetahuan dasar sebelumnya akan dapat menunjang dalam melakukan 
analisis kelayakan ekonomi kegiatan usaha. Untuk menganalisis kelayakan 
ekonomi dari suatu diperlukan perkiraan pendapatan dan pengeluaran biaya
 yang akan terjadi seandainya usaha tersebut jadi dilaksanakan. Oleh 
karena pada tahapan ini baru berupa perencanaan, maka dalam analisisnya 
diperlukan harga atau nilai-nilai perkiraan. Apabila kriteria kelayakan 
ekonomi terpenuhi, maka kegiatan usaha dapat dilakukan.
4.   Mengelola sistem produksi dalam berusaha dengan cara yang efektif dan efisien
Kegiatan ini terkait dengan bagaimana memadukan unsur Manusia, Mesin,
 Material (bahan baku), Metode Kerja, Modal Kerja, dan Memasarkan Produk
 dengan seefektif dan seefisien mungkin.
5.   Menjaga usaha yang dilakukan agar berkesinambungan dengan mengacu pada kaidah 3K yaitu : KAPASITAS, KUALITAS dan KONTINYUITAS.
Kaidah ini mengandung makna bahwa usahakan kegiatan usaha selalu 
memenuhi kapasitas standar bagi pemenuhan target produksi yang 
direncanakan dengan tidak melupakan unsur kualitas produk yang baik dan 
terjaga (kesehatan, penampakan, aman, dan manfaat) serta dapat 
diproduksi secara kontinyu (berkesinambungan).
Pedoman Menghitung Kelayakan Usaha Agribisnis Dan Agroindustri 
Setiap pelaku usaha selalu menginginkan usahanya tidak rugi, oleh 
karenanya pada awal kegiatan memulai usahanya terlebih dahulu dilakukan 
perhitungan sederhana atau kalkulasi apakah kegiatan usaha yang akan 
dilakukan tersebut menguntungkan ataukah tidak.
Cara untuk memperkirakan apakah usaha yang akan dilaksanakan itu 
menguntungkan atau tidak adalah dengan menghitung beberapa item biaya 
dan pendapatan sebagai berikut :
- Perkiraan biaya investasi untuk kurun waktu usaha tertentu
 - Perkiraan biaya produksi (operasi produksi)
 - Perkiraan pendapatan selama periode usaha tertentu
 - Perhitungan nilai bersih usaha dengan mempertimbangkan aspek bunga bank
 - Perhitungan periode pengembalian investasi
 
CONTOH KASUS
Contoh Profil Usaha Budidaya dan Pemasaran Produk Jamur Shimeiji
Pendahuluan
Berdasarkan penelitian, di dunia dikenal lebih dari 2.000 jenis jamur
 yang dapat dimakan, 50 jenis diantaranya telah dibudidayakan di 
Indonesia dan dapat dimakan. Jamur yang umum dibudidayakan untuk tujuan 
komersial antara lain jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur 
payung/shiitake (Lentinus edodes) dan jamur tiram putih/shimeiji 
(Pleurotus ostreatus). Dari kandungan gizinya jamur segar lebih banyak 
mengandung protein nabati dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya. 
Sebagai contoh jamur kuping, kadar proteinnya 7,7% dan karbohidratnya 
mencapai 73,6%. Selain itu jamur bermanfaat untuk menguatkan tubuh, anti
 tumor, anti virus, anti bakteri dan bisa menurunkan kolesterol (Trubus,
 1988).
Prospek memasyarakatkan jamur kayu di Indonesia cukup besar hal ini 
didasarkan hasil penelitian Suprapti dalam Trubus (1988) yaitu bahwa 
dengan menguji rasa, aroma, konsistensi, pengolahan dan tingkat 
pengenalan terhadap jamur tiram pink, tiram putih dan jamur kuping pada 
kelompok etnik Sunda, Jawa dan Luar Jawa (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
 dan Ambon) ternyata jamur-jamur yang ditanam pada limbah industri dapat
 diterima oleh masyarakat sebagai sumber makanan tambahan. 
Dalam pemakaian bahan bahan baku produksi jamur sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal seperti :
- Media tanam dapat diganti-ganti dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh.
 - Prinsip untuk media tumbuh jamur adalah limbah .yang mengandung selulosa dan lignin seperti jerami, daun pisang, ampas tebu, tongkol jagung, sekam padi, dedak, sisa Ampas kapas, kulit kacang tanah dan serbuk gergaji.
 - Penggunaan bahan baku yang murah harganya dan diusahakan dengan cara memanfaatkan limbah pertanian yang jumlahnya besar, sebagi contoh misalnya serbuk gergaji (limbah kayu gergajian). Bila serbuk gergaji merupakan 40% dari masukan kayu dengan perkiraan kebutuhan kayu rata-rata di suatu daerah sekitar 50 ribu meter kubik/tahun, maka jumlah serbuk gergaji yang dapat dimanfaatkan akan mencapai sekitar 20 ribu meter kubik/tahun dan ini jumlah yang sangat besar dan sangat menguntungkan.
 
Pada dasarnya banyak elemen usaha budidaya jamur shimeiji yang dapat dijadikan sumber usaha, antara lain :
- Penyediaan bibit.
 - Penjualan produk jamurnya itu sendiri.
 - Penjualan produk olehan dari jamur dalam kemasan.
 
Masing-masing produk yang dikembangkan akan memiliki nilai jual yang berbeda-beda tergantung dari kreatifitas dan cara peningkatan nilai tambahnya. Untuk melihat kelayakan usaha budidaya dan pemasaran jamur shimeiji ini perlu diketahui berapa kebutuhan investasi .
Kebutuhan Investasi
Pada dasarnya ada dua modal yang diperlukan untuk melakukan usaha 
budidaya jamur shimeiji, yakni modal tetap dan modal variabel. Modal 
tetap dalam hal ini adalah modal yang diperlukan untuk mengadakan 
fasilitas berupa peralatan dan bangunan tempat produksi. Sedangkan modal
 berjalan atau modal variabel adalah modal yang diperlukan untuk 
kegiatan operasional proses produksi selama kegiatan usaha tersebut 
berlangsung hingga periode waktu tertentu. Untuk memudahkan dalam 
perhitungan diasumsikan bahwa semua peralatan dan bangunan yang termasuk
 ke dalam modal tetap atau asset tetap tersebut memiliki umur teknis 
yang sama yaitu untuk jangka waktu operasi selama 3 tahun. Data lengkap 
untuk perhitungan modal tetap dan modal berjalan usaha budidaya jamur 
shimeiji ini adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Perhitungan modal tetap di atas belum termasuk kebutuhan dana atau 
modal untuk menjalankan usaha budidaya jamur shimeiji, seperti : dana 
untuk pembelian bibit, serbuk gergaji, dedak, kapur, tepung jagung dan 
bahan-bahan lainnya. Sedangkan untuk dana operasional (modal berjalan) 
perinciannya adalah sebagai berikut :
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk investasi fasilitas 
peralatan dan bangunan (modal tetap atau asset tetap) selama 3 tahun 
produksi jamur shimeiji diperkirakan sebesar Rp. 5.058.000,-sedangkan 
modal berjalan atau modal yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan 
budidaya jamur tersebut selama satu tahun adalah sebesar Rp. 
13.202.500,- dengan luasan produksi satu hektar dan kapasitas produksi 
per tahun sebesar 6400 kg. Total dana yang harus disediakan untuk 
menjalankan usaha budidaya jamur shimeiji ini untuk satu tahun 
berdasarkan data dari petani jamur dan data dari berbagai literatur 
adalah sebesar Rp. 18.260.500,-, yakni dana untuk modal tetap dan modal 
operasional produksi jamur selama 1 tahun.
 Penentuan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Produk
Setelah biaya investasi awal ditetapkan, data lain yang diperlukan 
untuk menganalisis kelayakan usaha produksi dan pemasaran jamur adalah 
data biaya pokok atau harga pokok produk dalam jumlah tertentu. Menurut 
informasi yang diperoleh dari petani dan literatur diketahui bahwa untuk
 luas areal produksi 1 hektar per tahun dapat dihasilkan jamur shimeiji 
sebanyak 2 x 3200 kg (2 musim per tahun) atau sebanyak 6400 kg dengan 
harga jual jamur shimeiji per kg adalah Rp. 5.000,- Perhitungan harga 
pokok produk per kg selengkapnya disajikan pada Tabel 7.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga pokok jamur shimeiji per kg
 sebesar Rp. 4.079,- dengan harga jual jamur yang umum di pasaran adalah
 sebesar Rp. 5.000 per kg. Dengan demikian dari setiap kg jamur yang 
terjual diperoleh keuntungan kotor sebesar Rp. 921,- atau untuk 
kapasitas produksi per tahun 6.400 kg yang terjual habis akan diperoleh 
keuntungan kotor sebesar Rp. 5.894.400,- per tahun. Harga pokok produksi
 jamur sebesar Rp. 4.079 tersebut adalah merupakan biaya variabel yang 
dapat digunakan untuk menentukan titik impas produksi jamur dalam kurun 
waktu produksi tertentu (misalnya dalam periode produksi tahunan). Untuk
 melihat periode pengembalian investasi menurut titik impas modal usaha 
(Break even Point) diperlukan data biaya tetap per tahun dari investasi 
awal, biaya pokok per satuan produk dan harga jual per satuan produknya.
 Data yang diperoleh untuk menentukan titik impas tersebut disajikan 
pada Tabel 8.
Tabel. Contoh Perhitungan untuk Penentuan Harga Pokok Produksi 
dan Harga Jual Produk Jamur shimeiji
| NO | JENIS BIAYA | 
TOTAL BIAYA (Rp) 
 | 
| I | BIAYA PRIMER (BAHAN & BURUH LANGSUNG) | |
| A | Bahan Langsung | |
| 1 | Bibit jamur 450 botol @ Rp. 3000/6 bulan | 
2.700.000 
 | 
| B | Buruh Langsung | |
| 1 | Pencampuran media 20 HKP @ Rp. 7000/6 bulan | 
280.000 
 | 
| 2 | Pengisian polibag 100 HKW @ Rp. 5000/6 bulan | 
1.000.000 
 | 
| 3 | Sterilisasi 20 HKP @ Rp. 7000/6 bulan | 
280.000 
 | 
| 4 | Pemeliharaan 30 HKP @ Rp. 7000/6 bulan | 
420.000 
 | 
| JUMLAH BIAYA PRIMER (A + B) | 
4.680.000 
 | 
|
| II | BIAYA TAK LANGSUNG | |
| A | Bahan Tak Langsung | |
| 1 | Serbuk gergaji 7,5 ton @ Rp.60000/6 bulan | 
900.000 
 | 
| 2 | Dedak halus 1,5 ton @ Rp. 600000/6 bulan | 
1.800.000 
 | 
| 3 | Gips 75 kg @ Rp. 1500/6 bulan | 
225.000 
 | 
| 4 | Kapur (CaCO3) 225 kg @ Rp.400/6 bulan | 
180.000 
 | 
| 5 | Tepung jagung 150 kg @ Rp.2000/6 bulan | 
600.000 
 | 
| 6 | TSP 12,5 kg @ Rp. 3500/6 bulan | 
87.500 
 | 
| 7 | Plastik (25 x 35 cm2) 75 kg @ Rp.7500/6 bulan | 
1.125.000 
 | 
| 8 | Minyak tanah 1500 liter @ Rp. 400/6 bulan | 
1.200.000 
 | 
| 9 | Cincin bambu 10000 buah @ Rp. 50/6 bulan | 
1.000.000 
 | 
| 10 | Karet cincin 6 kg @ Rp. 15000/6 bulan | 
180.000 
 | 
| 11 | Kapas sumbat 15 kg @ Rp. 7500/6 bulan | 
225.000 
 | 
| B | Buruh Tak Langsung | |
| 1 | Panen 100 HKW @ Rp. 5000/ 6 bulan | 
1.000.000 
 | 
| C | Biaya Tak Langsung Lainnya | 
0 
 | 
| JUMLAH BIAYA TAK LANGSUNG (A+B+C) | 
8.522.500 
 | 
|
| III | BIAYA PRODUKSI (BIAYA I + II) | 
13.202.500 
 | 
| IV | BIAYA KOMERSIAL | |
| A | Biaya Administrasi | |
| 1 | Gaji pegawai per tahun | 
9.000.000 
 | 
| 2 | Belanja administrasi per tahun | 
3.000.000 
 | 
| B | Biaya Pemasaran | |
| 1 | Biaya pemasaran dan advertensi per tahun | 
900.000 
 | 
| JUMLAH BIAYA KOMERSIAL (A + B) | 
12.900.000 
 | 
|
| BIAYA POKOK (HARGA POKOK) | ||
| V | = BIAYA PRODUKSI + BIAYA KOMERSIAL (untuk 6400 kg produksi jamur per tahun) | 
26.102.500 
 | 
| BIAYA POKOK (HARGA POKOK) PER KG JAMUR | 
4.079 
 | 
|
| HARGA JUAL PER KG JAMUR | 
5.000 
 | 
|
| KEUNTUNGAN KOTOR PER KG JAMUR | 
921 
 | 
|
Biaya Tetap per tahun
BEP =—- ——————————————————————–
(Harga jual produk/kg – Biaya variabel produk/kg)
Dimana: Biaya tetap produksi jamur (BT) = Rp. 2.654.236
Harga jual produk per kg = Rp. 5.000
Biaya variabel produk per kg = Rp. 4.079
2.654.236
BEP =——————————— = 2.882 kg
5.000 – 4.079
Berdasarkan nilai BEP dapat disimpulkan bahwa titik impas untuk usaha budidaya jamur shimeiji ini adalah pada kapasitas produksi minimum 2.882 kg atau pada saat produksi awal investasi sudah dapat kembali lagi (yakni pada 6 bulan pertama dengan kapasitas produksi 3.200 kg).
Perhitungan Kelayakan Ekonomi Usaha
Untuk memperkirakan tingkat pendapatan dan biaya selama jangka waktu 
analisis usaha produksi jamur shimeiji diperlukan data harga pokok 
produksi dan harga jual produk dari hasil perhitungan sebelumnya. 
Diasumsikan bahwa usaha budidaya jamur shimeiji ini berproduksi pada 
kapasitas rutin selama 3 tahun sebesar 6.400 kg, sehingga perkiraan 
biaya tahunan dan penerimaan tahunannya dapat dihitung sebagai berikut :
Tabel. Perkiraan Biaya dan Penerimaan Penjualan Jamur Shimeiji
| PERKIRAAN PENDAPATAN | ||||
| Tahun | Jumlah produk | Satuan | Harga jual (rp) | Total pendapatan (rp) | 
| Tahun 0 | - | - | - | |
| Tahun 1 | 6.400 | kg | 5.000 | 
32.000.000 
 | 
| Tahun 2 | 6.400 | kg | 5.000 | 
32.000.000 
 | 
| Tahun 3 | 6.400 | kg | 5.000 | 
32.000.000 + 505.800 
*) 
 | 
| PERKIRAAN BIAYA | ||||
| Tahun | Jumlah produk | Satuan | Harga pokok (rp) | Total biaya (rp) | 
| Tahun 0 | - | - | 
5.058.000 **) 
 | 
|
| Tahun 1 | 6.400 | kg | 4079***) | 
26.105.600 
 | 
| Tahun 2 | 6.400 | kg | 4079 | 
26.105.600 
 | 
| Tahun 3 | 6.400 | kg | 4079 | 
26.105.600 
 | 
*) Pendapatan dari hasil penjualan produk dan nilai akhir asset
**) Biaya investasi peralatan dan bangunan (asset tetap).
***) Harga pokok sudah termasuk komponen biaya tetap tahunan
Perhitungan kelayakan ekonomi untuk produksi jamur shimeiji selama 3 tahun kegiatan usaha (disesuaikan dengan perkiraan umur teknis peralatan dan bangunan / asset tetap untuk budidaya jamur) adalah sebagai berikut :
Tabel. Hasil Perhitungan Kelayakan Ekonomi Produksi Jamur Shimeiji
Selama 3 Tahun Produksi
| PERHITUNGAN NILAI SEKARANG PENDAPATAN | |||
| Untuk tingkat suku bunga 12% per tahun | |||
| TAHUN | FAKTOR | PENDAPATAN | NILAI SEKARANG | 
| Tahun 0 | 1.0000 | - | |
| Tahun 1 | 0.8929 | 32.000.000 | 
28.572.800 
 | 
| Tahun 2 | 0.7972 | 32.000.000 | 
25.510.400 
 | 
| Tahun 3 | 0.7118 | 32.505.800 | 
23.137.628 
 | 
| Total Nilai Sekarang Pendapatan | 
77.220.828 
 | 
||
| PERHITUNGAN NILAI SEKARANG BIAYA | |||
| Untuk tingkat suku bunga 12% per tahun | |||
| TAHUN | FAKTOR | BIAYA | NILAI SEKARANG | 
| Tahun 0 | 1.0000 | 5.058.000 | 
5.058.000 
 | 
| Tahun 1 | 0.8929 | 26.105.600 | 
23.309.690 
 | 
| Tahun 2 | 0.7972 | 26.105.600 | 
20.811.384 
 | 
| Tahun 3 | 0.7118 | 26.105.600 | 
18.581.966 
 | 
| Total Nilai Sekarang Biaya | 
67.761.040 
 | 
||
| Net Present Value (Pendapatan – Biaya) | 
9.459.788 
 | 
||
| BC Ratio (Nilai sekarang | 
1.14 
 | 
||
| Pendapatan/Biaya) | |||
| IRR | 
51,03% 
 | 
||
Faktor bunga yang dihitung adalah (P/F,i%,n)
Dengan melihat nilai NPV > 0; BC Ratio > 1 dan IRR > suku bunga analisis yang berlaku saat ini di pasar (MARR = 12% per tahun), dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya jamur shimeiji ini secara ekonomi menguntungkan dan memiliki prospek ekonomi yang baik.
IRR dalam hal ini diperoleh dengan cara coba-coba untuk tingkat suku bunga yang berbeda. Pada suku bunga 12% diperoleh NPV sebesar Rp. 9.459.788 sedangkan pada suku bunga 15% diperoleh NPV sebesar Rp. 8.732.658 Ke dua NPV pada masing-masing tingkat suku bunga tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan IRR, yaitu :
IRR = i1 – NPV1 * (i2 – i1)/(NPV2-NPV1)
IRR = 12% – 9.459.788 * (15% – 12%)/(8.732.658 – 9.459.788) = 12% + 39,03% = 51,03%
Dari data hasil perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa 
usaha dalam bidang produksi dan pemasaran produk jamur shimeiji secara 
ekonomi menguntungkan. Gambaran keuntungan yang diperoleh dalam hal ini 
belum termasuk nilai tambah yang didapatkan dari hasil penjualan produk 
lainnya yaitu : bibit jamur shimeiji (kultur awal) dan produk olahan 
lainnya dengan bahan baku dari jamur shimeiji. Dengan demikian wirausaha
 dalam pemasaran produk jamur shimeiji ini memiliki prospek yang baik 
untuk dikembangkan lebih lanjut.
Selain dengan BEP perhitungan periode pengembalian investasi dapat 
pula dihitung dengan menggunakan cara periode kembali (pay back period) 
yaitu dengan cara sebagai berikut :
Tabel. Perhitungan Periode Pengembalian Investasi
TAHUN 
 | 
TOTAL PENDAPATAN (Rp) 
 | 
TOTAL BIAYA (Rp) 
 | 
TOTAL SALDO (Rp) 
 | 
| Tahun 0 | 
0 
 | 
5.058.000 
 | 
- 5.058.000 
 | 
| Tahun 1 | 
32.000.000 
 | 
26.105.600 
 | 
836.400 
 | 
| Tahun 2 | 
32.000.000 
 | 
26.105.600 
 | 
6.730.800 
 | 
| Tahun 3 | 
32.505.800 
 | 
26.105.600 
 | 
13.131.000 
 | 
Dari tabel di atas diketahui bahwa periode pengembalian investasinya 
pada tahun 1 (pertama). Hal ini sesuai dengan perhitungan BEP dimana 
modal kembali sekitar 6 bulan pertama usaha tersebut berjalan.